Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

CERPEN : Misteri Lagu Fur Elise


Kenalkan, namaku Riana. Nama lengkapnyaa... Claria Nallow. Hehehe... Hobiku bermain piano. Sore ini, aku sedang les piano di Learn Music. Materi hari ini adalah lagu Fur Elise.
 Ya, kalian semua pasti tahu, lagu ciptaan siapa Fur Elise itu. Ludwig Van Beethoven. Ketika memulai memencet tuts-tuts piano, aku memainkannya dengan senang. Lagu yang sangat mengenakkan hati.
Entah mengapa, jari-jari mungilku seperti sudah mahir memainkan lagu ini. Tapi, tak tersadar, aku seperti di alam mimpi. Dan kulihat Miss Victress keluar dari ruangan dan ruangan ini serba putih. Setelah sekejap aku mengedipkan mata, ruangan ini tidak ada. Tidak berwarna putih, melainkan aku seperti terdampar di kota antah-berantah. Aku merasakan sedikit pusing yang melanda di bagian kepala. Kota ini terlalu sepi buatku yang tinggal di Jakarta. Tetapi memang di sini aku tidak menemukan batang hidung manusia sedikit pun. Kota itu dipenuhi dengan debu yang berterbangan dan sedikit bagian dari kota itu terbakar.
Tapi entah mengapa, bangunan yang aku lihat tetap tegak berdiri dengan sempurna. Aku juga merasa sudah lama terdampar di sini tetapi api itu tidak menjalar-jalar. Tiba-tiba, ada gadis berambut panjang berdiri tepat di depanku.
Aku pun berteriak, "Aaaaaa...!!!"
Tapi entah mengapa, walaupun aku sudah teriak sekeras mungkin, suaraku sedikitpun tidak terdengar.
"Eeee..ee.. Namamu siapa?" Nah, yang kali ini suaraku malah terdengar. Memang kota ini benar-benar antah-berantah.
"Oh, bilang dong dari tadi kalau kamu mau tanya namaku, "Gadis itu malah terlihat santai-santai saja menghadapiku. Biasanya, kan, kalau hantu liat manusia malah mau nakut-nakutin."
"Hei! Aku bukan hantu!" gadis itu malah menjawab seperti tahu pikiranku.
"Loh..loh.. Kok, kamu tahu kalau aku berpikiran seperti itu?" aku bertanya dengan suaanggat kebingungan. Apakah di sini ada alat untuk bisa mengetahui pikiran seseorang?
"Hei. Kok, kamu kepo sih? Oh ya, namaku Rissa Anita," Rissa pun memberi tahu namanya.
"Oh, namaku Riana, salam kenal," aku pun memberi tahu namaku. Aku pun diajak Rissa jalan-jalan sekitar kota. Setelah lama berjalan, akhirnya aku merasakan serangan capek.
"Rissa, bagaimana bisa gedung-gedung tua ini terbakar sedangkan api nya tidak menjalar?" aku akhirnya bertanya agar sedikit menghilangkan rasa lelahku.
"Sudah kuduga kau pasti akan bertanya seperti itu."
Rissa mengucapkan dengan pelan, "Ya, di kota ini dulu memang tempat tempat tinggal para aktris dan pianis. Mereka tinggal di apartemen yang mewah yang dikelilingi oleh mall, pantai, restoran, dan yang lainnya. Hingga suatu hari, mereka semua hilang termasuk aku.. eh, ups!"
Rissa langsung menutup mulutnya dengan tangannya.
"Apa, yang kamu bilang tadi?" aku bertanya karena penasaran mengapa dia menutup mulutnya.
"Umm,, eh, gak papa, lanjutannya yang tadi. Habis itu, semua bangunan yang ada di kota ini hangus terbakar walaupun apinya tidak menjalar ke mana-mana. Bangunan ini memang dari tahun 90-an maka, banyak debu yang berterbangan. Yang paling aneh, di sini yang tertinggal hanyalah sebuah kanvas, cat, kuas, dan palet..." tiba-tiba, Rissa menghilang dalam sekejap dan aku merasakan pusing yang menyerang kepalaku dan aku tidak melihat kota tua itu melainkan dinding berwarna putih. Lalu, samar-samar aku melihat piano yang ada di depanku.
"Riana, bangun, Riana," Miss Victress memanggilku.
"Umm.. Oh, ya.. Miss? Aku sedikit tertidur dan bermimpi lumayan aneh." aku mulai membuka mataku dan melihat Miss Victress duduk di sebelahku.
"Les kali ini sudah cukup, kamu boleh pulang, Riana." Miss Victress mempersilahkanku pulang.
"Apakah ini tidak terlalu cepat Miss? Tapi tak apa juga, sih!" Miss Victress hanya menggelengkan kepalanya. Kemudian aku segera keluar dari kelas privat menuju ke lobby utama. Kulihat mama sedang memainkan handphone  barunya.
"Mama..!" aku memanggil mama dari kejauhan dekat dengan lift.
"Tumben kamu cepat sekali selesainya. Ya udah, ayo kita masuk ke mobil." mama menggandeng tanganku menuju mobil. Di perjalanan, aku merasa bosan sekali. Akhirnya, aku menyalakan handphone ku. Tiba-tiba, ada SMS masuk yang berbunyi:
"Hati-hati memainkan lagu Fur Elise."
Aku sangat bingung dengan SMS itu. Nomornya juga tidak dikenal. Paling hanya orang-orang iseng. Akhirnya, aku mendengarkan lagu saja karena perjalanan ke rumah masih agak lama. Setelah mulai merasa sedikit jenuh, aku bertanya pada Mama, "Ma, Mama kenal orang yang namanya Rissa Anita nggak?" iseng-iseng aku bertanya begitu.
"Em.. Rissa Anita? Kayaknya mama nggak kenal deh.. Eh, oh.. ya! Bagaimana kamu bisa tahu Rissa Anita? Dia salah satu pianis yang menghilang sejak tahun 90-an, Riana!" Riana hanya terbelalak kaget tidak bisa bergerak.
*Bersambung*

Karya : Rahayu Emalina

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

Noor Hidayat mengatakan...

Wah bagus terus sambungannya mana dong?

Noor Hidayat mengatakan...

Wah bagus terus sambungannya mana dong?

Posting Komentar